Jakarta (ANTARA) – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki siap memfasilitasi kerja sama koperasi nelayan dengan perusahaan perikanan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi di sektor kelautan serta memudahkan kepastian pasar dan pembiayaan bagi nelayan.
“Kami membicarakan konsep kemitraan antara koperasi nelayan dengan perusahaan yang akan membeli hasil tangkapan nelayan,” kata Teten saat mengunjungi fasilitas cold storage milik Cahaya Bahari Jakarta (CBJ) di Jakarta, Senin.
Teten menambahkan pihaknya berkepentingan untuk membangun koperasi pangan salah satunya adalah koperasi pada sektor kelautan atau perikanan yang dapat memperkuat sinergi nelayan serta perusahaan dan serta mengurangi usaha perorangan.
“Koperasi di bidang perikanan baru 2,4 persen atau sekitar 2 ribu koperasi se-Indonesia. Pengusaha punya akses pasar ekspor, koperasi punya anggota para nelayan yang bisa memasok produk. Memang yang dibutuhkan adalah jembatan sinergi,” kata Teten.
Menurut dia, fasilitasi yang ditawarkan dari Kemenkop UKM sangat beragam, mulai dari pembinaan teknis, kredit murah, bahkan adopsi sistem resi gudang ke sektor perikanan, terutama kepada 65 persen UKM yang terlibat dalam sektor perikanan laut.
“Bahkan di masa pandemi ini, menurut FAO (Badan PBB untuk Pangan dan Pertanian) tingkat konsumsi ikan dunia tetap tumbuh dibanding sumber protein hewani yang lain. Ini peluang yang harus kita sambut,” kata Teten.
Teten memastikan sinergi dengan perusahaan dapat menguntungkan nelayan, karena terjadi kepastian penyerapan hasil tangkapan untuk pasar ekspor, dan membantu nelayan dalam membuat perencanaan yang lebih baik.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada triwulan II-2020, nilai ekspor hasil perikanan Indonesia mencapai 2,41 miliar dolar AS atau tumbuh 6,88 persen apabila dibandingkan dengan capaian triwulan II-2019 sebesar 2,25 miliar dolar AS.
Selama ini, tiga besar tujuan utama ekspor hasil perikanan Indonesia adalah Amerika Serikat (AS), China, dan Jepang. Pada triwulan II-2020, China menjadi negara tujuan terbesar dari sisi volume dengan 193 ribu ton. Dari sisi nilai, AS menjadi negara terbesar dengan nilai 978 juta dolar AS.
Komoditas yang memberi setoran devisa tertinggi dalam periode ini adalah udang dengan volume ekspor mencapai 116 juta ton dan nilai 954 juta dolar AS. Udang menguasai hampir 40 persen komoditas ekspor hasil perikanan.
Pada kesempatan sama, mantan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan pemerintah sejak dulu telah membuka pasar ekspor untuk hasil perikanan dari Indonesia, salah satunya dengan Australia serta China yang mempunyai potensi besar.
“Saya juga merekomendasikan ekspor masuk ke Benua Eropa dan Jepang,” ujar Enggar yang saat ini menjadi penasehat CBJ.
Sementara itu, Presiden Direktur CBJ Then Herry Yulianto mengatakan pihaknya telah lama membuka kerja sama dengan nelayan dan koperasi nelayan di sejumlah fasilitas operasi.
Herry juga mengungkapkan pemintaan ekspor yang terus meningkat yang harus dijawab dengan kerja sama antara pengusaha dan nelayan berdasarkan standar yang telah ditetapkan.
“Kami akan ajak nelayan mengikuti standar-standar internasional itu. Kehadiran Kemenkop UKM yang menaungi kelompok nelayan dan koperasi nelayan semakin memperkuat jembatan antara pengusaha dan nelayan,” katanya.
Fasilitas cold storage CBJ mampu menampung 60.000 ton hasil tangkapan dan menjadi persinggahan sebelum komoditas perikanan diekspor ke mancanegara. Proses penanganan dan pengemasan ikan merupakan upaya CBJ untuk menghasilkan produk perikanan untuk ekspor yang terjaga kualitasnya.